2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik
2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3 Coaching untuk
Supervisi Akademik
Definisi Coaching
Coaching adalah proses interaksi antara seorang pelatih atau
coach dan klien atau coachee dengan tujuan membantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Coaching berbeda dengan pengajaran atau pelatihan yang lebih
berfokus pada peningkatan keterampilan teknis atau pengetahuan yang spesifik.
Coaching lebih berfokus pada pengembangan keterampilan interpersonal, pemecahan
masalah, dan peningkatan kinerja secara keseluruhan. Coaching juga dapat
membantu klien dalam membangun rasa percaya diri dan motivasi yang lebih besar
dalam mencapai tujuan mereka.
Coaching dalam konteks Pendidikan
Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan
system among yang terkenal yaitu "Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani". Konsep ini sangat berkaitan dengan coaching
dalam konteks pendidikan. Seorang coach menjadi teladan bagi coacheenya, baik
itu murid maupun rekan sesama guru, membantu mereka membangun semangat dan
memberi dorongan untuk mencapai tujuan akademik dan pribadi mereka.
Coach juga membantu coachee untuk menemukan kekuatan dan
potensi mereka, sejalan dengan prinsip Ki Hadjar Dewantara yang menekankan
pentingnya memahami keunikan individu dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
Selain itu, konsep tut wuri handayani atau memberi dorongan untuk maju
yang merupakan bagian dari filosofi Ki Hadjar Dewantara juga sangat relevan
dengan coaching dalam konteks pendidikan. Seorang coach memberikan dukungan dan
umpan balik yang konstruktif untuk membantu coachee memperbaiki kinerja mereka
dan mencapai tujuan mereka.
Paradigma Berfikir Coaching
Ada 4 paradigma berpikir coaching yang harus dimiliki oleh
seorang coah, yaitu:
1.
Fokus
pada coachee, Seorang coach harus memiliki keyakinan bahwa coachee memiliki
potensi untuk berkembang dan mencapai tujuan mereka sendiri, dan harus
memberikan dukungan untuk membantu coachee mencapai potensi mereka tersebut
2.
Bersikap
terbuka dan ingin tahu, Seorang coach harus bersikap terbuka dan menerima
coachee apa adanya, tanpa memberikan penilaian atau menghakimi.
3.
Memiliki
kesadaran diri yang kuat, Seorang coach harus memahami perasaan dan pengalaman
coachee secara empatik, dengan berusaha melihat dunia dari perspektif coachee.
4.
Mampu
melihat peluang baru dan masa depan, Seorang coach harus fokus pada pencarian
solusi yang kreatif dan konstruktif untuk masalah yang dihadapi coachee, dan
membantu coachee untuk mengidentifikasi langkah-langkah aksi yang dapat mereka
ambil untuk mencapai tujuan mereka.
Prinsip Coaching
Dalam coaching, ada beberapa prinsip yang harus diterapkan
oleh seorang coach, yakni:
1.
Kemitraan
adalah hubungan antara dua atau lebih pihak yang saling menguntungkan, di mana
masing-masing pihak bekerja sama dengan cara yang seimbang dan saling mendukung
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam coaching, kemitraan merujuk pada
hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan antara coach dan coachee. Dalam
hubungan kemitraan ini, coach membantu coachee untuk mencapai tujuan
mereka, namun coachee tetap menjadi ahli dalam hidup mereka sendiri dan
memiliki keputusan terakhir tentang tindakan yang akan mereka ambil.
2.
Proses
kreatif adalah adalah suatu proses di mana seseorang menggunakan imajinasi,
kreativitas, dan pemikiran inovatif untuk menghasilkan ide-ide baru atau solusi
untuk masalah yang ada. Dalam coaching, proses kreatif merupakan cara untuk
membantu coachee untuk berpikir secara kreatif dan menemukan solusi baru dan
inovatif untuk masalah yang mereka hadapi.
3.
Memaksimalkan
potensi berarti mengembangkan kemampuan atau kapasitas seseorang seoptimal
mungkin untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam coaching, memaksimalkan
potensi berarti membantu coachee untuk mengembangkan kemampuan dan potensi
mereka secara maksimal. Coach dapat membantu coachee untuk menemukan kekuatan
dan bakat mereka yang tersembunyi, mengembangkan keterampilan baru,
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman, serta membantu mereka untuk mengatasi
hambatan atau rintangan yang menghalangi perkembangan mereka.
Kompetensi inti Coaching
Seorang coach harus memiliki beberapa kompetensi inti yang
diperlukan untuk membantu individu atau kelompok mencapai tujuan mereka.
Berikut adalah beberapa kompetensi inti yang harus dimiliki seorang coach:
1.
Mendengarkan
aktif, seorang coach harus mampu mendengarkan dengan penuh perhatian dan
memahami perspektif individu atau kelompok yang sedang di-coach.
2.
Mengajukan
pertanyaan berbobot, seorang coach harus mampu mengajukan pertanyaan yang tepat
untuk membantu individu atau kelompok memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang situasi atau masalah yang mereka hadapi.
3.
Kehadiran
penuh (presence), seorang coach harus benar-benar hadir secara mental,
emosional, dan fisik dalam sesi coaching. Hal ini melibatkan fokus penuh pada
coachee, dengan mengabaikan distraksi atau gangguan lainnya. Dalam kehadiran
penuh, seorang coach harus memiliki kesadaran diri (self-awareness) yang
tinggi, mampu memahami perasaan dan pikiran coachee sendiri.
Alur Percakapan TIRTA
Dalam coaching percakapan antara coach dan coachee harus
mengalir seperti air, alur ini biasa disebut dengan istilah alur Tirta, TIRTA
singkatan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab.
1.
Tujuan,
coach dan coachee berkenalan dan membahas tujuan dan harapan mereka untuk sesi
coaching. Pada tahap ini, coach juga dapat memperkenalkan diri dan menjelaskan
tentang apa yang akan terjadi selama sesi coaching
2.
Identifikasi,
coach dan coachee berbicara tentang masalah atau tantangan yang mereka hadapi.
Seorang coach mendengarkan dengan saksama dan bertanya pertanyaan yang membantu
individu atau kelompok tersebut memperjelas situasi mereka dan mengidentifikasi
kemungkinan solusi.
3.
Rencana
Aksi, coach membantu coachee untuk merencanakan tindakan konkret yang dapat
mereka ambil untuk mencapai tujuan mereka atau menyelesaikan masalah yang
mereka hadapi. Coach juga dapat membantu individu atau kelompok tersebut untuk
mengatasi rintangan atau hambatan yang mungkin terjadi saat mereka mencoba
menerapkan solusi.
4.
Tanggung
Jawab, coach mengambil kesimpulan dari sesi coaching dan membantu coachee untuk
merespons hasil coaching. Coach dan coachee juga dapat membahas tindakan
lanjutan atau strategi yang mungkin diperlukan untuk terus mendukung individu
atau kelompok tersebut dalam mencapai tujuan mereka.
Supervisi Akademik dengan Paradigma berfikir Coaching
Supervisi akademik dengan paradigma berfikir coaching
merupakan suatu pendekatan dalam memimpin dan mengembangkan Guru dan Tenaga
Kependidikan (GTK) di lembaga pendidikan. Pendekatan ini menempatkan supervisor
atau Kepala Sekolah sebagai seorang coach yang mendukung GTK sebagai coachee
dalam mencapai tujuan mereka, mengembangkan keterampilan dan potensi mereka,
serta memperbaiki kinerja mereka. Supervisi ini didasarkan pada prinsip-prinsip
seperti kemitraan, kehadiran penuh (presence), dan proses kreatif yang mengarah
pada pemaksimalan potensi individu.
Coach akan membantu coachee untuk memperoleh pemahaman yang
lebih dalam tentang tujuan mereka, mengidentifikasi hambatan yang menghalangi
mereka untuk mencapai tujuan, merumuskan rencana tindakan yang efektif, dan
bertanggung jawab atas hasil yang dicapai. Dengan pendekatan ini, coach
mendorong coachee untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan
pengembangan diri mereka sendiri, sehingga mereka dapat meningkatkan kinerja
dan kontribusi mereka dalam lembaga pendidikan.
Tahapan Supervisi Akademik
Ada tiga tahapan yang sering dilakukan dalam supervisi
akademik, yaitu:
1.
Pra
Observasi: yang berisi persiapan dan perencanaan supervise, Tahap ini meliputi
identifikasi tujuan supervisi, penentuan peserta supervisi, dan penjadwalan
waktu dan tempat supervise.
2.
Observasi:
Tahap ini meliputi pengamatan langsung atau tidak langsung terhadap kinerja
guru atau tenaga pendidik dalam mengajar atau memberikan bimbingan kepada
murid.
3.
Pasca
Observasi yang meliputi Evaluasi dan rencana tindak lanjut: Tahap ini meliputi
analisis dan penilaian terhadap kinerja guru atau tenaga pendidik berdasarkan
hasil pengamatan dan kriteria yang telah ditentukan serta penentuan tindakan
yang harus dilakukan oleh guru atau tenaga pendidik untuk meningkatkan
kinerjanya, serta perencanaan evaluasi kembali untuk memastikan efektivitas
dari tindakan yang dilakukan.
Refleksi Pembelajaran
Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh
Pengalaman/materi pembelajaran yang saya peroleh selama
proses belajar coaching saya mendapat pengetahuan dan pengalaman baru sepanjang
saya menjadi seorang pendidik. Pengetahuan tentang coaching sebagai upaya untuk
yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dalam
memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran
diri, dan pertumbuhan pribadi. Saya juga mengetahui cara-cara sebagai coach
dalam melaksanakan coaching terhadap coachee dengan kompetensi dan prinsip-prinsip
coaching.
Pengalaman baru yang saya peroleh adalah ketika saya
mempraktikkan coaching kepada rekan sesama calon guru penggerak dan mencoba
mempraktekkan kepada rekan sejawat. Bersama rekan calon guru penggerak mungkin
sedikit mudah karena sama-sama tahu alurnya, namun kepada rekan sejawat sedikit
kesulitan. Namun hal ini tidak membuat saya menyerah, mungkin di lain
kesempatan saat mengobrol dengan rekan sejawat saya bisa menerapkan
prinsip-prinsip dan kompetensi coaching yang saya miliki.
Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Sebelum memulai belajar tentang coaching saya merasa tidak
percaya diri tentang kemampuan saya untuk mengatasi tantangan atau mencapai
tujuan saya. Selama belajar coaching saya merasa tertarik dengan konsep
coaching dan cara-cara yang dapat membantu mereka mencapai tujuan saya maupun
orang lain saya juga merasa bersemangat tentang kemungkinan perubahan positif
yang dapat terjadi dalam hidup saya. Dan setelah belajar coaching saya merasa
merasa bangga dengan upaya yang saya lakukan dan hasil yang saya capai dalam
belajar coaching, saya juga merasa lebih percaya diri tentang kemampuan saya
untuk mencapai tujuan saya dan mengatasi tantangan namun ada sedikit merasa
terbebani oleh tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai tujuan saya.
Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya
dalam proses belajar
Hal yang baik dalam proses belajar adalah saya mengetahui
coaching dan teknik alur coaching sehingga saya dapat mempraktikkan coaching
dengan sesama calon guru penggerak dengan menerapkan prinsip dan kompetensi
coaching dan sesuai alur TIRTA. Selama praktik coaching dalam sesi Ruang
Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual berjalan lancar dan dapan menemukan
solusi dari masalah yang dihadapi coachee.
Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya
dalam proses belajar
Hal yang perlu saya perbaiki adalah mencari kata kunci dan
menanyakan pertanyaan yang berbobot yang dapat menggali informasi lebih dalam
lagi tentang masalah coachee dan menggali lebih dalam lagi potensi yang
dimiliki oleh coachee dalam menemukan solusi atas malasah pribadinya. Disamping
itu dalam percakapan coaching terkadang muncul asumsi-asumsi dalam pikiran saya
dan ini harus saya hindari dengan mengosongkan pikiran saya dari asumsi
terhadap coachee. Tentu hal ini harus saya latih dan saya asah agar menjadi
lebih baik lagi.
Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Sebelum saya belajar coaching ini, saya merasa tidak percaya
diri dengan kemampuan saya dalam membantu seseorang menyelesaikan masalahnya
dengan paradigma coaching, Setelah belajar coaching ini memiliki keyakinan
bahwa saya mampu dan memiliki kompetensi dalam menjadi coach. Tentunya dengan
paradigm berpikir coaching serta dibarengi dengan prinsip-prinsip coaching.
Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep
materi dan menggalinya lebih jauh. Apa yang harus dilakukan jika seorang
coachee merasa tidak nyaman atau tidak cocok dengan gaya coaching yang
dilakukan oleh coach.
Jika coachee merasa tidak nyaman dengan gaya coaching yang
dilakukan oleh coach, coachee dapat mengungkapkan hal tersebut dengan cara yang
terbuka dan jujur kepada coach. Dengan demikian, coach dapat mencari solusi
yang tepat dan mengubah pendekatan coachingnya untuk memenuhi kebutuhan
coachee. Atau Cari coachee dapat mencari coach lain yang lebih sesuai. Sebelum
mencari coach baru, coachee sebaiknya mengevaluasi apa yang mereka cari dalam
seorang coach dan mencari orang yang memiliki kualifikasi dan pengalaman yang
tepat.
Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi
sehingga tergali wawasan (insight) baru. Seorang coach di sekolah memiliki
peran yang penting dalam membantu murid dan guru mencapai tujuan belajar dan
pengembangan pribadi. Terdapat dua aspek pembelajaran yang sangat penting dalam
peran seorang coach di sekolah, yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran sosial dan emosional.
Dalam pembelajaran berdiferensiasi, seorang coach dapat
membantu guru dan murid dalam merancang dan menyampaikan materi pelajaran yang
dapat disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan murid. Coach dapat
membantu guru dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, menerapkan
strategi pembelajaran yang sesuai, dan memberikan umpan balik yang konstruktif
untuk meningkatkan pembelajaran murid. Selain itu, coach juga dapat membantu
murid dalam memahami gaya belajar mereka sendiri, mengembangkan keterampilan
belajar yang efektif, dan mencapai potensi belajar yang optimal.
Dalam pembelajaran sosial dan emosional, seorang coach dapat
membantu murid dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang
penting untuk keberhasilan akademik dan personal. Coach dapat membantu murid
dalam mengembangkan keterampilan seperti pengelolaan emosi, komunikasi yang
efektif, bekerja sama dalam kelompok, dan pemecahan masalah. Selain itu, coach
juga dapat membantu murid dalam mengidentifikasi kekuatan mereka dan membangun
rasa percaya diri yang positif, sehingga murid dapat merasa lebih termotivasi
dan berhasil dalam pembelajaran dan kehidupan mereka.
Dengan demikian, peran seorang coach sangat penting dalam
membantu murid dan guru dalam mengembangkan pembelajaran yang efektif dan
berpusat pada murid, serta membantu murid dalam mengembangkan keterampilan
sosial dan emosional yang penting untuk keberhasilan akademik dan personal
mereka.
Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP
(baik tingkat sekolah maupun daerah)
1.
Tantangan
membagi waktu sebagai guru dan sebagai coach, sebagai Seorang guru sudah
seastinya memiliki tugas dan tanggung jawab yang padat sebagai pengajar,
sehingga menjadi coach dapat menambah beban kerja dan membutuhkan waktu ekstra.
2.
Tidak
semua orang akan responsif, ketika saya ingin membantu rekan sesama guru dengan
menggunakan paradigm coaching secara tidak langsung, terkadang orang yang
menjadi coachee tidak merespons dengan baik pada pendekatan coaching.
Khususnya dalam membantu rekan guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran
diferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Karena dua model pembelajaran
ini tentu harus dilakukan dengan keluar dari zona nyaman, dan tidak semua orang
mau melakukannya.
Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang
diidentifikasi
Saya perlu mengatur waktu mereka dengan baik agar bisa
memberikan perhatian yang cukup untuk tugas-tugas coaching tanpa mengorbankan
pekerjaan lainnya dan saya perlu mengembangkan kompetensi coaching saya agar
dapat hadir sepenuhnya dan membantu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi
coachee tanpa menggurui.
Membuat keterhubungan
Pengalaman masa lalu
Selama saya menjadi guru supervise yang dilakukan kepala
sekolah adalah hal wajib yang harus dilakukan untuk menilai kinerja saya
sebagai guru. Supervisi yang saya alami cenderung berfokus pada perbaikan
masalah dan mencari kesalahan yang perlu diperbaiki. Saya merasa supervisi
tersebut lebih bersifat kritik dan kurang memberikan ruang bagi saya untuk
mempertimbangkan perspektif saya sendiri.
Penerapan di masa mendatang
Jika di masa depan saya diberi kesempatan untuk melakukan
supervise yang saya lakukan adalah supervisi tidak hanya berfokus pada
kesalahan atau masalah, tetapi juga memberikan perhatian pada kekuatan dan
potensi yang saya miliki. Saya akan mengajukan pertanyaan reflektif yang
membantu guru untuk mengeksplorasi ide mereka sendiri dan mencapai solusi yang
berbasis pada pemikiran mereka sendiri.
Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang
telah dipelajari
Terkait prakti baik di modul pembelajaran berdiferensiasi
saya mencoba mengenal setiap murid secara pribadi dengan memperhatikan keunikan
mereka dalam hal kekuatan, minat, dan tantangan yang dihadapi. Saya juga
menyesuaikan materi pembelajaran dan strategi pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan dan keunikan masing-masing murid. seperti, menyediakan berbagai
materi pembelajaran dalam berbagai format seperti video, audio, dan teks.
memberikan tugas yang menantang dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
Dalam pembelajaran sosial emosional saya memandu murid untuk
belajar mengungkapkan diri mereka dengan jelas dan sopan kepada teman dan guru.
Saya juga memastikan bahwa lingkungan kelas adalah tempat yang aman dan
menyenangkan bagi semua murid. Serta mendorong murid untuk membangun hubungan
dengan orang lain, mengembangkan rasa empati, dan meningkatkan keterampilan
interpersonal.
Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar
bahan ajar PGP.
International Coach Federation (ICF) adalah organisasi global
yang didedikasikan untuk mempromosikan standar etika, kualitas, dan
profesionalisme di dalam dunia coaching. Menurut ICF, coaching adalah sebuah
proses di mana coach bekerja dengan coachee untuk memfasilitasi pertumbuhan
pribadi dan profesional serta membantu mencapai tujuan yang diinginkan.
ICF menetapkan 11 standar core competencies bagi coach untuk
membantu coachee mencapai hasil yang diinginkan. Berikut adalah beberapa
standar core competencies menurut ICF:
1.
Mengembangkan
hubungan yang saling percaya antara coach dan coachee
2.
Menetapkan
tujuan dan sasaran yang jelas bersama coachee
3.
Menggunakan
pertanyaan yang efektif untuk membantu coachee mengidentifikasi masalah dan
tujuan
4.
Mengembangkan
rencana tindakan yang spesifik dan dapat diukur bersama coachee
5.
Membantu
coachee mengevaluasi kemajuan mereka dan membuat perubahan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan mereka
6.
Memperkuat
keterampilan dan sumber daya coachee untuk mencapai tujuan mereka
7.
Meningkatkan
kesadaran coachee tentang diri mereka sendiri, potensi, dan cara mereka
mempengaruhi orang lain
8.
Menyediakan
umpan balik dan dukungan yang positif dan konstruktif
9.
Mengakui
dan menghormati perbedaan kultural dan kepercayaan coachee
10. Menjaga kerahasiaan coachee dan
menjaga etika yang tinggi
11. Mengembangkan dan memperbarui
keterampilan coaching mereka melalui pelatihan dan pembelajaran berkelanjutan.
Komentar
Posting Komentar